Rabu, 01 Mei 2013

AKUNTANSI INFLASI


Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh pemerintah seperti fiskal (perpajakan/pungutan), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi.

PENGERTIAN INFLASI
Menurut Bodie dan Marcus (2001 : 331, definisi atau pengertian inflasi (inflation) merupakan suatu nilai di mana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Selain itu, menurut Weston dan Copeland (1998 : 250), definisi atau pengertian inflasi (inflation) adalah suatu keadaan ekonomi yang mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi dan tidak bisa dicegah atau dikendalikan lagi.

MENGUKUR INFLASI
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
  • Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
  • Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
  • Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
  • Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
  • Indeks harga barang-barang modal.
  • Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
PENGERTIAN AKUNTANSI INFLASI
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak,(1989:12) pengertian Akuntansi Inflasi adalah suatu proses data akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.

AKUNTANSI DALAM MASA INFLASI
Dewasa ini dikenal dua konsep dasar yang mencoba untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh akuntansi dalam masa inflasi. Yaitu dengan Akuntansi Nilai Rupiah Konstan (General Price Level Accounting/General Purchasing Power accounting) dan Akuntansi Kos Sekarang (Current Cost Accounting/Current Value Accounting):

1.      General Price Level Accounting (Akuntansi Nilai Rupiah Konstan)
Akuntansi Nilai Rupiah Konstan adalah suatu metode pelaporan yang menyajikan elemen-elemen laporan keuangan dengan unit moneter yang daya belinya sama. Tujuan konsep ini adalah untuk mempertahankan nilai modal menurut harganya yang tetap dengan menggunakan ukuran indeks harga. Nilai harta, hutang dan modal yang terpengaruh
Kebaikan-kebaikan       
a.         Dapat menhelaskan pengaruh inflasi peda perusahaan.
b.        Dapat meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode.
c.         Dapat membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa datang secara lebih baik.
d.        Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan-kelemahan:
a.       Inflasi terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak dapat disama ratakan.
b.      GPLA tidak bermakna bagi perusahaan
c.       Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
d.      Rasio itu adalah indikator mentah
Untuk metode Akuntansi rupiah Konstan dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang berdaya beli sama yaitu dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan sekarang.
Di Indonesia angka indek yang lebih tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik.
Elemen-Elemen Moneter dan Non Moneter
Untuk keperluan dalam penerapan Akuntansi Rupiah Konstan, aktiva dan kewajiban perlu dibedakan menjadi elemen moneter dan non moneter. Hal ini perlu karena pada saat inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya dikarenakan pada waktu tingkat harga umum meningkat, aktiva tersebut hanya dapat membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya. Sebaliknya yang memiliki kewajiban moneter akan mengakui adanya laba karena kewajiban ini akan dibayar dengan rupiah yang mempunyai daya beli yang lebih kecil daripada waktu rupiah tersebut diterima dimana hutang itu timbul.
Akibat moneter adalah uang atau suatu klaim untuk menerima sejumlah uang yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang. Kewajiban moneter adalah suatu kewajiban untuk membayar sejumlah uang yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.
Semua aktiva kewajiban yang tidak mempunyai sifat moneter adalah non moneter. Yang termasuk dalam aktiva non moneter antara lain :
a.         Barang-barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali atau aktiva-aktiva yang dimiliki dimana secara langsung digunakan untuk usaha perusahaan.
b.        Klaim atas uang yang jumlahnya tergantung pada harga barang dan jasa tertentu.
c.         Hak-hak terakhir (residual right) seperti goodwil atau bagian pemilik perusahaan.
Yang termasuk dalam kewajiban non moneter antara lain :
a.         Kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa dalam kuantitas yang tetap dan tidak tergantung pada perubahan harga-harga
b.        Kewajiban untuk membayar uang dalam jumlah yang tergantung pada harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.

Rugi/Laba Dari Daya Beli (Purchasing Power gain/Lose)
Elemen moneter seperti kas, piutang disajikan pada neraca sebesar nilai nominalnya. Untuk elemen moneter ini tidak diadakan penyesuaian lagi walaupun pemilikan elemen moneter ini. Karena pada saat dimana terjadi inflasi, pemegang aktiva moneter akan kehilangan daya belinya karena dapat membeli barang atau jasa yang lebih sedikit jumlahnya.
Tidak demikian halnya dengan pemegang kewajiban moneter akan memperoleh keuntungan kerena membayar hutangnya dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih kecil daripada saat dimana ia menerima uang (hutang) tersebut.
Sehubungan dengan aktiva dan kewajiban moneter, akan dijumpai apa yang dinamakan dengan Positive Net Monetary Position adalah selisih antara monetary assets suatu perusahaan dengan monetary liabilities dan equities-nya. Dalam suatu periode tertentu, laba atau rugi dari pemegang monetary assets akan dihapus (offset) oleh rugi atau laba, karena memegang monetary liabilities dan equities. Laba atau rugi bersih untuk suatu periode, tergantung atas apakah posisi keuangan dalam net monetary adalah positif atau negatif. Perusahaan dikatakan berada dalam posisi positif net monetary bila total monetary asset-nya melebihi total monetary liabilities dan equities-nya. Sebaiknya bila total monetary asset-nya kurang dari total monetary liabilities dan equitiesnya, maka perusahaan dikatakan berada pada posisi negatif net monetary.

2.        Current Cost Accounting (Akuntansi  Kos Sekarang)
Akuntansi Kos Sekarang adalah suatu metode pengukuran dan pelaporan aktiva dan biaya yang berhubungan dengan penggunaan atau penjualan aktiva dengan jumlah sebesar harga pokoknya sekarang atau yang lebih rendah dari jumlah yang akan dapat diperoleh pada tanggal Neraca atau tanggal penggunaan atau penjualan.
Kelebihan :
a.       Menghasilkan informasi yang lebih bermanfaat untuk mengukur efisiensi. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh perubahan harga terhadap biaya-biaya dapat ditiadakan.
b.      Harga pokok sekarang berguna sebagai jumlah yang diperkirakan dapat mendekati jumlah jasa potensial dari aktiva.
c.       Harga pokok sekarang berguna untuk menunjukkan erosi dari modal secara fisik.
d.      Current cost menunjukkan jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode berjalan untuk memperoleh aktiva atau jasa.
e.       Penjumlahan aktiva yang dinyatakan dalam nilai sekarang lebih berarti dari pada penambahan biaya historis yang terjadi pada periode yang berbeda.
Kelemahan :
a.       Kehilangan faktor objektifitasnya, karena current cost untuk suatu jenis barang tertentu yang khusus tidak tersedia pada suatu reasonable cost sehingga tidak terlepas dari faktor subjektifitas dalam menentukan indeks harga untuk jenis barang atau jasa yang dimaksud.
b.      Untuk nilai bagi perusahaan, ada kemungkinan biaya reproduksi yang dibebankan pada aktiva akan lebih rendah daripada nilai aktiva tersebut pada perubahan.
c.       Menurut daya belinya dimana metode replacement cost menilai barang-barang satu persatu dan tidak dalam bentuk tingkat harga umum. Sehingga metode replacement cost tidak mengukur neraca dan hasil usaha dalam bentuk daya beli untuk seluruh barang.

Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengungkapan Akuntansi Kos Sekarang adalah sebagai berikut : (Smith-Skousen: 1991:566)
a.       Tetapkan jumlah nilai berjalan persediaan, harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan.
b.      Terapkan “tes jumlah yang dapat diganti kembali” ke jumlah nilai berjalan dan pilih yang lebih rendah.
c.       Tetapkan perubahan dalam nilai berjalan persediaan dan harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan menurut jumlah nominal dan juga rupiah konstan.

Sumber: http://andreawidhia.blogspot.com/

KESIMPULAN
Inflasi adalah suatu keadaan ekonomi yang mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi dan tidak bisa dicegah atau dikendalikan lagi. Ada beberapa cara alat untuk mengukur inflasi seperti yang sudah dijelaskan di atas. Sedangkan akuntansi inflasi adalah suatu proses akuntansi untuk menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang berlaku.
            Pada masa inflasi, laporan keuangan yang menggunakan prinsip historical cost pada umumnya tidak dapat memberikan informasi yang relevan. Akan tetapi penggunaan GPLA dalam laporan keuangan justru lebih informatif dibanding dengan menggunakan histirical cost, namun material atau tidaknya perbedaan yang ditimbulkan GPLA tergantung pengaruhnya terhadap perusahaan tersebut, sehingga GPLA bukan dimaksudkan untuk mengganti laporan keuangan historical cost, tetapi hanya sebagai supplemen yang digunakan sebagai informasi tambahandalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan informasi laporan keuangan sehingga tujuan dari pelaporan akuntansi terpenuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar