Dalam ilmu ekonomi,
inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan
mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses
dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi
juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur
tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi dapat disebabkan oleh
dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar) dan
yang kedua adalah desakan (tekanan) produksi dan/atau distribusi (kurangnya
produksi) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama
lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral),
sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan
eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh pemerintah seperti fiskal
(perpajakan/pungutan), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi.
PENGERTIAN INFLASI
Menurut
Bodie dan Marcus (2001 : 331, definisi atau pengertian inflasi (inflation)
merupakan suatu nilai di mana tingkat harga barang dan jasa secara umum
mengalami kenaikan. Selain itu, menurut Weston dan Copeland (1998 : 250),
definisi atau pengertian inflasi (inflation) adalah suatu keadaan
ekonomi yang mengalami kenaikan tingkat harga tertinggi dan tidak bisa dicegah
atau dikendalikan lagi.
MENGUKUR INFLASI
Inflasi
diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks
harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
- Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal.
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
PENGERTIAN
AKUNTANSI INFLASI
Menurut Drs. Ainun Na’im, Ak,(1989:12)
pengertian Akuntansi Inflasi adalah suatu proses data akuntansi untuk
menghasilkan informasi yang telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat
perubahan harga, sehingga informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang
dengan tingkat harga yang berlaku.
AKUNTANSI DALAM MASA INFLASI
Dewasa ini dikenal dua konsep dasar yang
mencoba untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh akuntansi dalam masa
inflasi. Yaitu dengan Akuntansi Nilai Rupiah Konstan (General Price Level
Accounting/General Purchasing Power accounting) dan Akuntansi Kos Sekarang
(Current Cost Accounting/Current Value Accounting):
1. General Price Level Accounting (Akuntansi Nilai Rupiah Konstan)
Akuntansi Nilai Rupiah Konstan adalah
suatu metode pelaporan yang menyajikan elemen-elemen laporan keuangan dengan
unit moneter yang daya belinya sama. Tujuan konsep ini adalah untuk
mempertahankan nilai modal menurut harganya yang tetap dengan menggunakan ukuran
indeks harga. Nilai harta, hutang dan modal yang terpengaruh
Kebaikan-kebaikan
a.
Dapat
menhelaskan pengaruh inflasi peda perusahaan.
b.
Dapat
meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode.
c.
Dapat membantu
pemakai laporan menilai arus kas di masa datang secara lebih baik.
d.
Memperbaiki
tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-angka
laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan-kelemahan:
a.
Inflasi terjadi
pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak dapat disama
ratakan.
b.
GPLA tidak bermakna bagi perusahaan
c.
Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
d.
Rasio itu adalah indikator mentah
Untuk metode Akuntansi rupiah Konstan
dipergunakan metode pengukuran unit moneter yang berdaya beli sama yaitu
dipergunakan indeks harga untuk merubah harga perolehan sekarang.
Di Indonesia angka indek yang lebih
tepat untuk dipergunakan sebagai dasar penyesuaian ini adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK) yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik.
Elemen-Elemen
Moneter dan Non Moneter
Untuk keperluan dalam penerapan
Akuntansi Rupiah Konstan, aktiva dan kewajiban perlu dibedakan menjadi elemen
moneter dan non moneter. Hal ini perlu karena pada saat inflasi, pemegang
aktiva moneter akan kehilangan daya belinya dikarenakan pada waktu tingkat
harga umum meningkat, aktiva tersebut hanya dapat membeli barang atau jasa yang
lebih sedikit jumlahnya. Sebaliknya yang memiliki kewajiban moneter akan
mengakui adanya laba karena kewajiban ini akan dibayar dengan rupiah yang
mempunyai daya beli yang lebih kecil daripada waktu rupiah tersebut diterima
dimana hutang itu timbul.
Akibat moneter adalah uang atau suatu
klaim untuk menerima sejumlah uang yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi harga
barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang. Kewajiban moneter adalah
suatu kewajiban untuk membayar sejumlah uang yang jumlahnya tetap tanpa dipengaruhi
harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.
Semua aktiva kewajiban yang tidak
mempunyai sifat moneter adalah non moneter. Yang termasuk dalam aktiva non
moneter antara lain :
a.
Barang-barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual
kembali atau aktiva-aktiva yang dimiliki dimana secara langsung digunakan untuk
usaha perusahaan.
b.
Klaim atas uang yang jumlahnya tergantung pada harga
barang dan jasa tertentu.
c.
Hak-hak terakhir (residual right) seperti goodwil atau
bagian pemilik perusahaan.
Yang
termasuk dalam kewajiban non moneter antara lain :
a.
Kewajiban untuk menyerahkan barang atau jasa dalam
kuantitas yang tetap dan tidak tergantung pada perubahan harga-harga
b.
Kewajiban untuk membayar uang dalam jumlah yang
tergantung pada harga barang atau jasa tertentu dimasa yang akan datang.
Rugi/Laba Dari Daya Beli (Purchasing Power gain/Lose)
Elemen moneter seperti kas,
piutang disajikan pada neraca sebesar nilai nominalnya. Untuk elemen moneter
ini tidak diadakan penyesuaian lagi walaupun pemilikan elemen moneter ini.
Karena pada saat dimana terjadi inflasi, pemegang aktiva moneter akan
kehilangan daya belinya karena dapat membeli barang atau jasa yang lebih
sedikit jumlahnya.
Tidak demikian halnya dengan
pemegang kewajiban moneter akan memperoleh keuntungan kerena membayar hutangnya
dengan jumlah uang yang berdaya beli lebih kecil daripada saat dimana ia
menerima uang (hutang) tersebut.
Sehubungan dengan aktiva dan
kewajiban moneter, akan dijumpai apa yang dinamakan dengan Positive Net Monetary Position adalah selisih antara monetary
assets suatu perusahaan dengan monetary liabilities dan equities-nya. Dalam
suatu periode tertentu, laba atau rugi dari pemegang monetary assets akan
dihapus (offset) oleh rugi atau laba, karena memegang monetary liabilities dan
equities. Laba atau rugi bersih untuk suatu periode, tergantung atas apakah
posisi keuangan dalam net monetary adalah positif atau negatif.
Perusahaan dikatakan berada dalam posisi positif net monetary bila total monetary
asset-nya melebihi total monetary liabilities dan equities-nya. Sebaiknya bila
total monetary asset-nya kurang dari total monetary liabilities dan
equitiesnya, maka perusahaan dikatakan berada pada posisi negatif net
monetary.
2.
Current
Cost Accounting (Akuntansi Kos Sekarang)
Akuntansi Kos Sekarang adalah
suatu metode pengukuran dan pelaporan aktiva dan biaya yang berhubungan dengan
penggunaan atau penjualan aktiva dengan jumlah sebesar harga pokoknya sekarang
atau yang lebih rendah dari jumlah yang akan dapat diperoleh pada tanggal
Neraca atau tanggal penggunaan atau penjualan.
Kelebihan :
a.
Menghasilkan informasi yang lebih bermanfaat untuk
mengukur efisiensi. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh perubahan harga
terhadap biaya-biaya dapat ditiadakan.
b.
Harga pokok sekarang berguna sebagai jumlah yang
diperkirakan dapat mendekati jumlah jasa potensial dari aktiva.
c.
Harga pokok sekarang berguna untuk menunjukkan erosi dari
modal secara fisik.
d.
Current cost
menunjukkan jumlah yang seharusnya dibayar oleh perusahaan dalam periode
berjalan untuk memperoleh aktiva atau jasa.
e.
Penjumlahan aktiva yang dinyatakan
dalam nilai sekarang lebih berarti dari pada penambahan biaya historis yang
terjadi pada periode yang berbeda.
Kelemahan :
a.
Kehilangan faktor objektifitasnya, karena current cost
untuk suatu jenis barang tertentu yang khusus tidak tersedia pada suatu
reasonable cost sehingga tidak terlepas dari faktor subjektifitas dalam menentukan
indeks harga untuk jenis barang atau jasa yang dimaksud.
b.
Untuk nilai bagi perusahaan, ada kemungkinan biaya reproduksi yang
dibebankan pada aktiva akan lebih rendah daripada nilai aktiva tersebut pada
perubahan.
c.
Menurut daya belinya dimana
metode replacement cost menilai barang-barang satu persatu dan tidak dalam bentuk
tingkat harga umum. Sehingga metode replacement cost tidak mengukur neraca
dan hasil usaha dalam bentuk daya beli untuk seluruh barang.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam pengungkapan Akuntansi Kos Sekarang
adalah sebagai berikut : (Smith-Skousen: 1991:566)
a.
Tetapkan jumlah nilai berjalan persediaan, harta tak
bergerak, pabrik, dan peralatan.
b.
Terapkan “tes jumlah yang dapat diganti kembali” ke
jumlah nilai berjalan dan pilih yang lebih rendah.
c.
Tetapkan perubahan dalam nilai berjalan persediaan dan
harta tak bergerak, pabrik, dan peralatan menurut jumlah nominal dan juga
rupiah konstan.
Sumber: http://andreawidhia.blogspot.com/
KESIMPULAN
Inflasi adalah suatu keadaan ekonomi yang mengalami kenaikan
tingkat harga tertinggi dan tidak bisa dicegah atau dikendalikan lagi. Ada
beberapa cara alat untuk mengukur inflasi seperti yang sudah dijelaskan di
atas. Sedangkan akuntansi inflasi
adalah suatu proses akuntansi untuk menghasilkan informasi yang
telah memperhitungkan perubahan-perubahan tingkat perubahan harga, sehingga
informasi yang menunjukkan ukuran satuan mata uang dengan tingkat harga yang
berlaku.
Pada masa inflasi, laporan keuangan
yang menggunakan prinsip historical cost pada umumnya tidak dapat memberikan
informasi yang relevan. Akan tetapi penggunaan GPLA dalam laporan keuangan
justru lebih informatif dibanding dengan menggunakan histirical cost, namun
material atau tidaknya perbedaan yang ditimbulkan GPLA tergantung pengaruhnya
terhadap perusahaan tersebut, sehingga GPLA bukan dimaksudkan untuk mengganti
laporan keuangan historical cost, tetapi hanya sebagai supplemen yang digunakan
sebagai informasi tambahandalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan informasi laporan keuangan sehingga tujuan dari pelaporan akuntansi
terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar