FASB mengeluarkan Satetement of Financial Accounting
Standards No. 52 pada tahun 1981.
PERMASALAHAN PERHITUNGAN
- Perspektif Laporan
- Harga Perolehan
- Konsep Pendapatan
- Laba Terkelola
TRANSLASI MATA UANG ASING DAN INFLASI
Hubungan terbalik antara tingkat
inflasi sebuah negara dengan nilai eksternal mata uangnya telah ditunjukkan
secara empiris. Sehingga penggunaan kurs saat ini untuk mentranslasikan biaya
asset nonmoneter yang bertempat dalam kondisi yang cenderung berinflasi akan menghasilkan
padanannya mata uang domestic jauh di bawah nilai aslinya.
Evaluasi dan pemilihan metode translasi mata uang asing.
Metode konversi mata uang
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
1. Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang
paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset
dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata
uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun.
Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya
depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset
diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang
perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam
mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat
devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja
ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan
(translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak
mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk
mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas,
piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai
tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang
berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi
kedalam tahun penyelesaian.
2. Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas,
surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban
moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs
saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan
investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi
dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos
penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter.
Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos
dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang
berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan
bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk
menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang
kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena
menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya
penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3. Metode temporal
Dengan menggunakan metode
temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian
ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur,
malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang
asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan
penilaian sesungguhnya.
Metode ini merupakan modifikasi
dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non
moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang
dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories,
namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut
dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal
lebih menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar).
Pos-pos dalam laporan laba/rugi
umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya
penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam
neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa lalu).
4. Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang
paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat
ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales,
serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode
ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas,
suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah
mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang
dinyatakan dengan kurs saat ini.
Transaksi dengan mata uang asing
Ciri utama yang istimewa dari
sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya dipengaruhi dalam suatu
mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu
perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam
suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam
mata uang asing.
Suatu transaksi mata uang asing
dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata
uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah
pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang fungsional sebuah
perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana
perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak
perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam Negara
asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk distribusi
setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang
local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local (contoh euro
untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah
mata uang fungsionalnya.
Untuk menggambarkan perbedaan
antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu mata uang tetapi diukur
dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong
membeli persediaan barang dagangan dari Republik Rakyat Cina yang dibayarkan
dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak perusahaan adalah dollar AS. Dalam
kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing yang
berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang digunakan dalam
catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban anak perusahaan
berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS, mata uang
fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi
Hubungan translasi mata uang asing dengan inflasi
Penggunaan kurs kini untuk
mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan
berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang
domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat
yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan
dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu
dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada
pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba
akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio
pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar
negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi
sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan
kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan
dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai
mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan
dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen
dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak
dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
Sumber :
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1 Edisi 6.2010: Salemba Empat.
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1 Edisi 6.2010: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar